Dokpri: MF.Mandalika |
(Tanpa teori revolusioner, tidak ada gerakan revolusioner – Vladimir Lenin)
Konstruksi negara dan segala isi di dalamnya yang nampak sumringah, bukan semata-mata pemberian yang dihadiahkan. Segala pencapaian yang dimiliki bangsa Indonesia adalah buah dari etos perjuangan yang lahir tanpa kenal lelah, tanpa kenal mundur, dan tanpa peduli siapa musuh di depan. Oleh karena kemerdekaan adalah hak seluruh bangsa, maka patut diperjuangkan.
Secara fundamental, Sumpah Pemuda adalah bentuk persatuan para pemuda dan pemudi yang tergabung dalam berbagai organisasi maupun civil society yang geram dengan perlakuan penjajah. Juga secara eksplisit kita bisa menangkap bahwa tanpa persatuan seluruh elemen masyarakat dan pemuda, kemerdekaan sukar direbut.
Kini tugas pemuda tinggal melanjutkan amanah kemerdekaan yang lazim dilupakan oleh sebagian orang. Kita telah diantar sampai kedepan pintu gerbang kemerdekaan, dibumbuhi jejak sejarah yang seharusnya menjadi modal konstan dalam semangat perjuangan.
Ini bukan ajang adu argumen siapa-siapa yang peduli dengan kondisi bangsa. Setiap dari kita pasti akan mengakui kecintaan terhadap bangsa Indonesia, hanya saja untuk ikrar memperjuangkannya, sulit kita bahasakan.
Atas dasar sikap yang diambil oleh pemuda dan pemudi pada tahun 1928, sehingganya mampu menelurkan Sumpah Pemuda yang secara sadar dijadikan asas dan bahan bakar bagi mereka guna menumbuhkan rasa empati terkait kondisi bangsa kala itu.
Berikut teks Sumpah Pemuda:
Pertama : Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kedua : kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia.
Ketiga : kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
____
Penulis: Fanli Mandalika (Pegiat literasi dari HMI-MPO Cabang Manado)