Sumpah Pemuda: Refleksi Hal Ihwal Gerakan Revolusioner Pemuda Indonesia

Dokpri: MF.Mandalika
(Tanpa teori revolusioner, tidak ada gerakan revolusioner – Vladimir Lenin)

Konstruksi negara dan segala isi di dalamnya yang nampak sumringah, bukan semata-mata pemberian yang dihadiahkan. Segala pencapaian yang dimiliki bangsa Indonesia adalah buah dari etos perjuangan yang lahir tanpa kenal lelah, tanpa kenal mundur, dan tanpa peduli siapa musuh di depan. Oleh karena kemerdekaan adalah hak seluruh bangsa, maka patut diperjuangkan.

Telah tercatat dalam sejarah bahwa 91 tahun yang lalu, sebuah Kongres Pemuda II yang diselenggarakan di Batavia (sekarang disebut Jakarta) pada tanggal 27-28 Oktober 1928, melahirkan sebuah ikrar persatuan yang lumrah dalam atmosfer bangsa sebagai Sumpah Pemuda. Adalah sebuah hal ihwal perlawanan bangsa dengan penuh keyakinan bahwa kemerdekaan adalah cita-cita yang harus dicapai.
Merefleksikan Sumpah Pemuda adalah sebaik-baik menjaga rasa nasionalisme dan sikap patriotisme dengan cerminan pemuda waktu itu dengan usaha memaknai tiap butirnya.

Baca Juga: Menulis adalah Abadi

Secara fundamental, Sumpah Pemuda adalah bentuk persatuan para pemuda dan pemudi yang tergabung dalam berbagai organisasi maupun civil society yang geram dengan perlakuan penjajah. Juga secara eksplisit kita bisa menangkap bahwa tanpa persatuan seluruh elemen masyarakat dan pemuda, kemerdekaan sukar direbut.

Kini tugas pemuda tinggal melanjutkan amanah kemerdekaan yang lazim dilupakan oleh sebagian orang. Kita telah diantar sampai kedepan pintu gerbang kemerdekaan, dibumbuhi jejak sejarah yang seharusnya menjadi modal konstan dalam semangat perjuangan.

Ini bukan ajang adu argumen siapa-siapa yang peduli dengan kondisi bangsa. Setiap dari kita pasti akan mengakui kecintaan terhadap bangsa Indonesia, hanya saja untuk ikrar memperjuangkannya, sulit kita bahasakan.

Atas dasar sikap yang diambil oleh pemuda dan pemudi pada tahun 1928, sehingganya mampu menelurkan Sumpah Pemuda  yang secara sadar dijadikan asas dan bahan bakar bagi mereka guna menumbuhkan rasa empati terkait kondisi bangsa kala itu.

Sebuah perjalanan panjang yang tidak seharusnya kita lupa “tak ada gading yang tak akan retak” . Rentang waktu yang panjang bisa saja menjadikan kita alpa, maka dengan merefleksikan kembali, setidaknya kita bisa mengambil pelajaran berharga dari manifesto-manifesto perjuangan. 

Berikut teks Sumpah Pemuda:

BACA JUGA:  Demokrasi dan Teror Kebebasan

Pertama : Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kedua : kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia.
Ketiga : kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

____

Penulis: Fanli Mandalika (Pegiat literasi dari HMI-MPO Cabang Manado)

Leave a Comment