Penulis: Safril Abarang
Namaku Rahmawan atau yang biasa dipanggil oleh teman-temanku dengan sebutan Mawan. Dimana hari itu atau tepatnya Minggu, aku bertemu dengan seorang gadis yang begitu cantik, ramah dan baik hati sebut saja Naya. Senyumannya bisa dikatakan dapat mengalihkan mata para lelaki yang ada didepannya. Ya! Bisa dikatakan begitulah orangnya.
Pada sebuah perjalanan menuju tempat wisata yang begitu memanjakan hati dan suasana ketika berada disekitarnya, ku mendekatinya dan langsung berkenalan dengan tutur sapa yang begitu halus agar bisa bercerita dengannya.
Naya yang tekesan orangnya pendiam, pemalu, ketika berkenalan dengan orang baru yang ia temui. Aku pun mulai pembicaraan kami dan mengawali dengan cerita yang begitu baik-baik didepannya, kami pun saling bertanya dan saling akrab walaupun baru pertama kali bertemu. Pembicaraan itu pun tak ada habis-habisnya sehingga sampai terbawa dalam alunan kata-kata senda gurau dan tawa kami pun masing masing pecah saking gembiranya kami dari pertemuan yang tak direncanakan sama sekali itu.
Detik demi detik waktu terus berlalu dalam pembicaraan kami. Sore itu, dimana mentari akan beranjak meninggalkan petang dan menyambut malam dengan penuh cahaya bulan yang menyinari alam semesta. Aku dan Naya pun beranjak, pamit satu sama lain untuk pergi pulang kerumah kami masing- masing.
Dalam perjalanan pulang aku pun terus memikirkan tentang gadis cantik yang bernama Naya tersebut. Sesampainya dirumahku, timbullah pertanyaan dalam benakku ‘apakah ini adalah sebuah takdir yang tak direncanakan pertemuannya dengan seorang gadis yang begitu cantik, ramah dan baik hati kepada orang yang baru dikenalinya?’. Akh sudahlah, lebih baik ku tidur saja karena besok masih ada agenda yang harus kulakukan.
***
Keeseokan harinya akupun mulai bergegas untuk pergi menghadiri pesta teman orangtuaku, tapi hal yang tak disangka ternyata aku ketemu lagi dengan gadis yang menjadi pertanyaan semalam dibenakku yaitu Naya. Aku pun langgsung mendekatinya dan menyapa ‘hai! Apa kabar?, kamu Naya kan yang kemarin?’ Ia pun langsung menjawab tanya ku ‘ia aku Naya! Kalau tidak salah kamu kan Mawan yang berbincang sama aku ditempat wisata itu ya?’.
Aku pun langsung mengajak Naya berbincang-bincang dan kami berdua saling bercerita satu sama lain dalam lingkaran pertemuan yang tak direncanakan itu. Aku pun sudah mulai seperti orang yang kenal sejak lama dengan Naya saat berbincang dengannya. Tak ada rasa malu-malu, kami berdua pun lepas kendali dalam hal positif cerita kami, saling berbagi cerita bagaikan orang yang kehilangan teman hidupnya dan dipertemukan kembali dalam pertemuan yang tak direncanakan.
Malam itu aku dan Naya pun bernostalgia dalam alunan kata-kata serta di temani dengan sinar rembulan yang ku lihat betapa bahagianya siap menemani malam sampai menjemput fajar pagi. Dengan mewakili kebahagiaan yang kudapatkan sejak bertemu dengannya sampai pada malam itu, ku pun mulai meberanikan diri duduk lebih dekat disampingnya dengan batasan hanyalah perasaan yang bisa mengetahuinya.
Baca Juga: Cerpen Nisa Upah dan Simposium yang Samar
Melihat senyum dan tawanya relung hati ini pun mulai mengucapkan ‘apakah ini adalah anugerah terindah yang telah kudapatkan dalam pertemuan yang tak direncanakan?’.
Seiring berjalannya waktu dimalam itu aku pun berniat membuat perjanjian, tapi hati ini begitu tegang dan takut untuk mengucapkan kata-kata janji kepadanya, mengapa? Yang kutakutkan adalah kata-kata janji yang kusampaikan akan seperti halnya ‘menulis kalimat diatas pasir pantai yang sekali-kali akan dihempas oleh garamnya air laut’.
_____
Bersambung…
Penulis: Safril Abarang